Senin, 20 April 2020

Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya

Toming Sek
Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya
Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya

Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak takluk (tidak mengikuti) perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringi saja. Ada empat macam partikel penegas yaitu partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, ketiganya adalah partikel yang bersifat klitika, menempel pada kata yang diikuti. Juga ada partikel pun yang tidak bersifat klitika.

Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, dan partikel pun beserta pembagian dan fungsi maknya secara renik (detil).

Partikel Pun


1. Partikel –kah

Partikel –kah berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif (kalimat tanya). Berikut ini adalah ketentuan pemakaiannya:

a. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah  kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.

Contoh:
-       Dia ang akan datang. (Kalimat deklaratif)
-       Diakah yang akan datang? (Kalimat interogatif)

b. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya: apa, di mana, dan bagamaina, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit halus.

Contoh:
-       Apa ibumu sudah datang?
-       Apakah ibumu sudah datang?
-       Bagaimana cara menyelesaikan soal ini?
-       Bagaimanakah cara menyelesaikan soal ini?
-       Ke mana anak-anak itu pergi?
-       Ke manakah anak-anak itu pergi?

c. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah interogatif, maka partikel –kah akan memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Terkadang urutan kata dalam kalimatnya dibalik.

Contoh:
-       Akan datang dia nanti malam?
-       Akan datangkah dia nanti malam?
-       Akankah dia datang nanti malam?

-       Harus aku yang mulai duluan?
-       Haruskah aku yang mulai duluan?
-       Harus akukah yang mulai duluan?

-       Tidak dapat dia mengurus masalah sekecil itu?
-       Tidakkah dapat dia mengurus masalah sekecil itu?
-       Tidak dapatkah dia mengurus masalah sekecil itu?

2. Partikel –lah

Partikel –lah, juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Imperatif = kalimat perintah. Deklaratif = kalimat berita. Berikut ini adalah kaidah dan ketentuan pemakaiannya:

a. Dalam kalimat imperatif (perintah), parikel –lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.

Contoh:
-       Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi!
-       Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
-       Kalau Anda mau, ambillah satu!

b. Dalam kalimat deklaratif, partikel –lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.

Contoh:
-       Dari ceritamu, jelaslah dia yang salah.
-       Inilah gerakah pembaruan.
-       Kitalah pemangku masa depan negeri ini.
-       Diam sajalah kalau memang tidak mengerti.

Jadi, partikel –lah bisa berfungsi memperhalus makna kalimat tetapi di satu sisi juga bisa mempertegas makna kalimat. Dalam kalimat imperatif (kalimat perintah) partikel –lah dapat memperhalus maksud. Sementara pada kalimat deklaratif (kalimat berita) partikel –lah dapat mempertegas maksud.

3. Partikel –tah

Partikel –tah adalah partikel yang berbentuk klitika dan dipakai dalam kalimat interogatif. Bedanya kalimat interogatif (kalimat tanya) yang menggunakan partikel –tah biasanya tidak membutuhkan jawaban. Karena seolah-olah hanya menanyakan pada diri sendiri dan memiliki jawaban yang sudah jelas. Atau hanya karena kesangsian (ketidak-yakinan) akan kebenaran yang sedang dihadapi.

Partikel –tah banyak digunakan dalam karya sastra dan cerita melayu klasik. Sudah jarang (bahkan tidak pernah) digunakan lagi dalam penggunaan bahasa Indonesia modern.

Contoh:
-       Apatah artinya berpikir jika sedang bingung begini?
-       Siapatah gerangan yang sudi menolongku?
-       Apatah dia yang akan datang?

4. Partikel pun

Berbeda dengan partikel lain di atas, yang dipakai di kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat deklaratif. Cara menulisnya adalah dipisah dengan kata yang ada di depannya (dispasi).

Berikut ini merupakan kaidah penulisan dan makna partikel pun:

a. Partikel ‘pun’ dipakai untuk mengeraskan arti kata yang sedang diiringinya.

Contoh:
-       Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kita.
-       Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi olehnya.
-       Yang tidak perlu pun dibelinya juga.

Dari pemakaian partikel ‘pun’ di atas, dapat diketahui bahwa partikel pun cenderung dilekatkan pada subjek kalimat.

Perlu digarisbawahi bahwa partikel ‘pun’ pada kongjuntor (kata hubung) ditulis serangkai (tanpa spasi). Jadi ejaannya menjadi: walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, seklaipun, biarpun, dan sungguhpun.

Berbeda penulisan dengan ejaan-ejaan berikut ini: merekap pun, itu pun, makan pun, ini pun. Dalam ejaan tersebut penulisan partikel pun dipisan dari kata yang ada di depannya.

b. Dengan arti yang sama seperti pada penjelasn di atas, partikel pun sering pula dipakai bersama partikel –lah. Hal ini untuk menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau proses mulai terjadi.

Contoh:
-       Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
-       Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan sangat deras.
-       Para anggota yang menolak pun mulailah turun ke jalan.


Sekian penjelasan tentang partikel –lah, -tah, -kah, dan partikel pun. Semoga memberikan manfaat meskipun sedikit.