Menyusun biografi merupakan sarana yang cukup efektif dalam penyebaran pengetahuan tentang seseorang. Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga. Untuk melakukan tugas menyusun teks biografi dengan kata-kata sendiri, terlebih harus membaca dan memahami teks biografi tersebut.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menulis biografi. Pertama kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang tokoh yang akan di tulis biografinya. Cara mengumpulkan informasi tokoh ini dapat dilakukan dengan cara membaca kisah tentang tokoh tersebut. Kedua mulai menulis dengan baha-bahan yang tersedia sesuai dengan struktur teks biografi. Untuk memudahkan menyusun teks biografi dapat dilakukan dengan cara menyusun ide pokok teks. Ide pokok tersebut dikelompokkan sesuai struktur teks biografi seperti pada tabel di bawah ini.
Struktur Teks | Ide Pokok |
Orientasi | Tineke telah berusia lanjut dan berambut putih |
Peristiwa | Tinneke mewakili DKI Jakarta pada PON ke-2 di Jakarta |
Tineke mengikuti lomba atletik di Singapura | |
Tineke kembali aktif mengikuti lomba untuk kelompok umur senior | |
Menyabet medali emas lari estafet 4 x 100 meter | |
Masalah | PON ke-4 dan ke-5 dia tidak bisa ikut karena sudah menikah dan pindah ke Belanda. |
Ia harus membagi waktu untuk keluarga dan berlatih | |
Reorientasi | Tineke Matulessy tidak akan berhenti berlari meskipun sudah tua |
Tabel di atas dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun teks baru dengan isi yang sama. Prestasi yang diperoleh Tineke harus berurutan sesuai dengan waktu seperti ditunjukkan berikut ini.
Struktur Teks | Kalimat |
Orientasi | Tineke Matulessy merupakan atlet wanita yang masih dapat mengharumkan nama bangsa pada usia 83 tahun. Banyak prestasi yang sudah diperoleh wanita berambut putih tersebut. Prestasi tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut. |
Peristiwa dan Masalah | Pertama: Pada tahun 1951 Tinneke mewakili DKI Jakarta pada PON ke-2 di Jakarta. Pada saat itu, dia berhasil menyabet medali emas untuk lari estafet 4 x 100 meter. Namun pada PON ke-4 dan ke-5 dia tidak bisa ikut karena sudah menikah dan pindah ke Belanda Kedua: Kemudian, ketika berusia 52 tahun Tineke mengikuti lomba atletik di Singapura. Dia mendapat medali emas pada cabang lompat jauh dan lari 100 meter. Ketiga: Setelah itu, Tineke kembali aktif mengikuti lomba untuk kelompok umur senior. Keempat: Pada tahun 2013 Tineka berhasil menyabet tiga medali untuk kelompok umur 80—84 pada pertandingan internasional di Taiwan. Untuk mencapai prestasi tersebut, Tineke banyak berkorban. Ia harus membagi waktu untuk keluarga dan berlatih. Meskipun demikian, semangat dan motivasinya untuk mengharumkan nama bangsa selalu tetap bergelora. |
Reorientasi | Meskipun sudah tua, Tineke Matulessy tidak akan berhenti berlari karena lari membuat ia sehat. |
Tineke saat ini tercatat sebagai atlet atletik master berprestasi tertua dalam sejarah Persatuan Atletik Master Indonesia (PAMI). Dia menjadi satu di antara delapan atlet Indonesia yang dikirim untuk mengikuti event World Master Athletic Championship (WMAC) XX di Porto Alegre, Brasil, Oktober tahun lalu. Dalam kejuaraan di Brasil itu, Tineke mampu meraih medali emas untuk nomor lompat jauh putri kelompok usia 80 tahun dengan lompatan sejauh 1,66 meter. Di usia 83 kala itu, Tineke juga mencatatkan diri sebagai satu-satunya atlet master atau atlet lansia dari Indonesia yang meraih medali emas di kejuaraan dunia.