Sabtu, 25 April 2020

Contoh Kata Pengantar untuk Karya Ilmiah (Hasil Penelitian, Buku, Skripsi)

Toming Sek
Pengertian Kata Pengantar

Kata pengantar secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu kata dan pengantar. Kata yang digunakan dalam frasa kata pengantar bukan arti kata yang dibatasi ‘satuan bahasa terkecil yang mememiliki makna, malainkah kata yang bersinonim dengan ‘ucapan’.

Sementara pengantar berasal dari kata dasar antar. Pengantar berarti sesuatu yang mengantarkan. Maka, kata pengantar adalah kata yang berupa ucapan (kalimat-wacana) yang terdapat di bagian awal sebuah karya ilmiah (baik proposal, laporan, maupun karya penelitian) yang digunakan sebagai gambaran umum secara singkat hasil sebuah karya tersebut.


Kata pengantar dalam beberapa karya ilmiah lain juga disebut dengan prakata. Sebenarnya arti kata pengantar dan prakata sama saja. Isinya juga sama. Selain berisi gambaran umum dan sejarah penyusunan karya ilmiah atau laporan juga berisi ucapan terima kasih serta permohonan maaf juga berisi harapan.

Intinya, kata pengantar adalah ucapan dan gambaran singkat yang bisa mengantarkan pembaca buku (karya ilmiah) sehingga alur berpikir dan logika berpikir pembaca sesuai dengan logika berpikir penulis (penyusun) buku karya ilmiah tesebut.

Bagian-Bagian Kata Pengantar

Bagian-bagian (strukur) kata pengantar yang dibahas di sini adalah kata kata pengantar untuk karya ilmiah:

1. Latar belakang penyusunan karya ilmiah.
Berisi penjelasan tentang sejarah dan alasan penyusunan karya ilmiah.

2. Ucapan terima kasih.
Berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan karya ilmiah. Jika karya ilmiah skripsi, pembimbing dan penguji juga disebutkan jasanya di bagian ini.

3. Permohonan maaf.
Permohonan maaf dalam kata pengantar sebuah karya ilmiah sering bertentangan dengan kaidah ilmiah.

Contoh permohonan maaf dalam kata pengantar yang salah:

Kami sadar betul bahwa masih ada banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Maka dari itu kami mohon pembaca sudi memberikan masukan.

Kalimat di atas menyebutkan bahwa sadar ada banyak kesalahan, tetapi kenapa diterbitkan atau dipublikasikan. Seharusnya kalimat tersebut diberi pengantar awal kalimat:

Karya ilmiah ini disusun dengan usaha yang maksimal dan penuh ketelitian, namun jika masih ada banyak kekurangan di dalamnya kami harap pembaca bisa memberikan masukan.

4. Harapan

Harapan dalam kata pengantar biasanya berupa keinginan agar karya yang disusun memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.

5. Titimangsa (Tempat, Waktu Penulisan, dan Penulis/Penyusun Kata Pengantar)


Dalam kata penantar biasanya juga ada peribahasa dan perumpamaan. Perumpamaan yang paling sering digunakan dalam sebuah kata pengantar adalah:

Tak ada gading yang tak retak

Yang artinya tidak segala sesuatu yang benar-benar sempurna tanpa cacat.

Contoh Kata Pengantar

Sebagai contoh, dalam artikel ini ditampilkan contoh kata pengantar (prakata) yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga; Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia; Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Ketiga karya ilmiah ini dipilih karena sebagai acuan standar yang disusun oleh para ahli bahasa sehingga diharapkan menjadi contoh yang benar.

Contoh Kata Pengantar Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

(Disalin sepenuhnya dari: Alwi, Hasan et.al.  2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Cetakan Kedepalan. Jakarta: Balai Pustaka)

PRAKATA UNTUK EDISI KETIGA

Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI) mula-mula dihimpun dan diterbitkan sebagai edisi pertama pada tahun 1988 untuk menyongsong Kongers Bahasa Indonesia V yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1988. Edisi pertama suatau tata bahasa baku tentu tidak diharapkan telah sempurna-bahkan diperkirakan bahwa untuk edisi-edisi selanjutnya pun pasti akan ada perbaikan dan penyempurnaan. Karena itulah dalam Kongres V tersebut diputuskan agar TBBI dikembangkan dan disempurnakan.

Suatu tim kecil yang anggotanya (menurut abjad) terdiri atas Dr. Hasan Alwi (Pusat Bahasa). Prof. Soenjono Dardjowidjojo, Ph.D. (Unika Atma Jaya), Dr. Hans Lapoliwa, P.Phil (Pusat Bahasa), dan Prof. Dr. Anton M. Moeliono (Universitas Indonesia) dibentuk dan ditugasi untuk merevisi TBBI edisi pertama itu. Hasil tim itu adalh buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi kedua. Edisi itu  diterbitkan dalam jumlah yang terbatas dan diperuntukkan khusus bagi para peserta Kongres Bahasa Indonesia VI yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Dengan demikian, edisi kedua itu tidak sempat masuk pasar buku.

Dalam Kongres VI juga disarankan agar TBBI edisi kedua dikembangkan. Tim kecil tersebut di atas melanjutkan tugasnya dan hasilnya adalah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi ketiga ini. Dalam usaha untuk memperbaiki, mengembangkan, dan menyempurnakan TBBI ini, tim itu mencari masukan dari pelbagai ahli, baik ahli bahasa maupun pakar pengguna bahasa. Salah satu upaya tim itu untuk memperoleh asukan yang diperlukan perbaikan itu adalah pemanfaatan Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya (PELBBA) 1997. Pada PELBBA itu, Prof. Dr. Lia Yock Fang (Universitan Nasional Singapura) dan Prof. Dr. Mien A. Rifai (BPP Teknologi) diundang khusus untuk memberikan tanggapan dan kritiknya. Di samping para ahli yang hadi dalam PELBBA itu, Prof. Dr. Ir. Dali S. Naga, IKIP Jakarta, juga memberikan saran-saran yang sangat bermanfaat untuk penyusunan edisi ini.

Semula anggota tim revisi hanya bermaksud untuk melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ada dalam edisi kedua, tetapi dalam pertemuan berkala tim peyusun didapati bagian tertentu yang dirasakan perlu ditinjau kembali dan dikembangkan. Karena itu, edisi ini memuat beberapa perubahan yang esensial, khusunya Bab V (Adjektiva), Bab VI (Adverbia),  Bab VIII (Kata Tugas), dan Bab IX (Kalimat). Pada umumnya, perubahan itu berupa pendalaman pelbagai aspek bab itu masing-masing. Di samping itu, kada keabstrakan dalam edisi ini juga dikurangi sehingga diharapkan lebih mudah dipahami oleh pembaca awam. Walaupun demikian, hendaknya disadari bahwa untuk mencapai taraf generalisasi yang berlaku secara umum pernyataan yang abstrak acapkali tidak dapat dihindari. Untuk mengimbangi hal itu, dalam TBBI edisi ketiga ini juga ditambahkan contoh-contoh yang akan membantu pembaca memahami generalisasi yang dimaksud itu.

Edisi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan teknis dua tenaga setia Pusat Bahasa: Sugiyono, M. Hum. Dan Drs. M. Nurhanadi yang dengan tekun dan dengan tidak mengenal lelah telah mencurahkan waktu, kemapuan, dan tenaganya menyertai para penyusun mewujudkan edisi ini. Kepada mereka tim penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam.

Selain itu, edisi ini tidak dapat terbit tanpa bantua dari pihak penerbit, yaitu PT (Persero) Balai Pustaka. Untuk itu, tim penyusun menyampaikan penghargaan yang seting0-tingginya dan terima kasih atas bantuan yang diberikan, khusunya kepada Dr. Ir. Wahyudi Ruwiyanto, Direktur Utama PT (Persero) Balai Pustaka merangkap Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Ilmu bertumpu pada temuan ilmiah sebelumnya. Karena itu, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga ini harus dianggap hasil dalam suatu perkembangan. Kajian serta penelitian yang lebih mendalam mengenai berbagai aspek bahasa Indonesia akan merupakan bahan yang akan dimanfaatkan dalam edisi berikutnya. Oleh karena itu, segala saran dan demi perbaikan buku ini akan disambut dengan senang hati.

Jakarta, 28 Oktober 1998

Penyusun:

Hasan Alwi
Soenjono Dardjowidjojo
Hans Lapoliwa
Anton M. Moeliono


CONTOH KATA PENGANTAR KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA EDISI KEEMPAT

(Disalin sepenuhya dari Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.  Jakart: Gramedia & Pusat Bahasa)

Prakata Edisi Keempat

Satu bahasa besar atau bahasa utama memiliki kamus, tata bahasa, dan uji bahasa yang standar. Kamus memuat khazanah kosakata bahasa yang dapat menjadi lambang atau indikator kemajuan peradaban masyarakat pendukungnya. Demikian pula, bahasa Indonesia memiliki kekayaan kosaskata yang memadai sebagai sarana pikir, ekspresi, dan komunikasidi berbagdai bidang kehidupan. Kosakata itu tertampung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus yangterbit edisi pertama tahun 1988, edisi kedua tahun 1991, dan edisi ketiga tahun 2001 itu kini telah menempuh perjalanan 20 tahun. Dari edisi pertama hingga edisi ketiga terdapat perkmbangan yang signifikan, terutama dalam hal kosakata, baik umum maupun khusus. Pada edisi pertama jumlah lema yang dimuat sekitar 62.000, edisi kedua sekitar 72.000, dan edisi ketiga sekitar 78.000 dan peribahasa 2.034.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat ini mengalami peningkatan jumlah lema dan sublema yakni 90.049, yang terdiri atas lema pokok 41.250 dan sublema 48.799, serta peribahasa sebanyak 2.036, hanya menmbah dua peribahasa dkarena peribahas memang bentuk bahsa yang tidak berkembang. Penambahan lain terdapat pada lampiran “Kata dan Ungkapan Asing” serta “Kata dan Ungkapan Daerah”. Informasi jumlah penduduk di setiap provinsi sudah dimutakhirkan berdsarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2006.

Selain mengalami perkembangan dalam jumlah lema dan sublma, kamus ini mengalami perbaikan definisi atau penjelasan lema/sublemanya, termasuk penambhan makna (akibat perkembangan pemakaian bahasa), perbaikan penulisan latin untuk tumbuhan dan hewan, perubahan urutan susunan sublema, dan perbaikan isi lampiran. Semua itu dilakukan atas dasar masukan dari para pengguna kamus, baik melalui surat, pos-el (e-mai), telepon, surat kabar/majalah maupun melalui forum atau pertemuan ilmiah. Proses perbaikan definisi  dilakukan dengan pengelompokan lema yang memiliki kategori yang sama, misalnya kelompok kategori flofra, fauna, jabatan, trransportasi, dan warna, kemudian dilakukan perbaikan definisi sehingga ketaatasasan dalam pendefinisian dapt terpelihara. Setelah itu, lema-lema digabungkan lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali dari A-Z. Adapaun pengurutan sublema yang merupakan derivasi dari lema pkok disusun berdasarkan paradigma pembentuk kata, tidak lagi diurutkan bedasrkan abjad. Dengan demikian, sublema petinju ditampilkan di bawah sublema bertinju, sedangkan peninju  di bawah meninju dan meninjukan, serta tinjuan yang merupakan hasil meninju dielatakkan di bawah pertinjuan (hasil meninju).

Penambahan lema baru dalam kamus ini diperoleh dari kosakata budaya daerah di wilayah penggunaan bahasa Indonesia. Penambahan kosakata budaya daerah itu mempunyai makna penting dalam penerbitan kamus ini karena hal itu berarti bahsa Indonesia mendapat sumbangan besar bahasa daerah, idak hanya dari daerah tertentu, tetapi dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Kosakata itu merupakan kosakata khas yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inonesia sehingga kata-kata tersebut dipungut dengan jalan diserap (baik secara utuh maupaun dengan penyesuaian ejaan dan/atau lafal bahasa Indoensia).

Atas penerbitan kamusi in, saaya menyampaikan ucapan terima kasih kepadsa semua pihak yang telah turut serta berperan dalam revisi kamus ini, sejak tahap persiapan sampai dengan penerbitan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat ini. Secara khusus saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang telah membantu dalam pengolahan data (penggabubngan kembali lema kamus ini) dan kepada PT Gramedia Pustaka Utama yang menerbitkan kamus ini. Demiian juga saya menyampaikan terima kasih kepada Dr. Marcus Susanto, Prof. Dr. Mien A. Rifai, Dr. Muhammad Zirin Jr., dan B.J. Marwoto, yang telah menyumbangkan data serta Dra. Yeyen Maryani, M. Hum. Yang telah memberi duungan perencanaan penerbitan edisi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada mereka yang namanya tidak mungkin saya sebutkan satu per satu yang telah menyampaikan saran dan kritik sebagai salah satu bahan revisi kamus ini.

Peribahasa menaikkan air ke guru (melakukan pekerjaan yang sukar sekali’ sebelum ada teknologi pompa) kiranya patut diibaratkan dengan  orang menyusun kamus. Penyusunan  kamus yang komprehensif memerlukan kecermatan yang tinggi, ketekunan, dan kesabaran yang luar biasa. Penggaraan kamus ini bagai gunting makan di ujung (‘perlahan-lahan, tetapi tercapai apa yang dimaksudkan’). Pengerjaan dilakukan dengan penuh asa agar kamus ini dapat memenuhi harapan penggunanya. Namun, tak ada padi yang bernas setangkai (‘tak ada sesuatu yang sempurna’). Untuk itu, sebagi bahan pertimbangan dalam penyempurnaan kamus pada masa yang akan datang, amat diharapkan saran, tanggapan, bahkan kritik dari para pengguna kamus ini.

Semga penerbitan kamus ini dapat memberi mafaat besar bagi upaya pencerdasan bangsa menuju insan Indonesia yang cerdsas dan Kompetitif.

Jakarta, 28 Agustus 2008

Dendy Sugono
Kepala Pusat Bahasa
Selaku Pemimpin Redaksi


KATA PENGANTAR TESAURUS ALFABETIS BAHASA INDONESIA PUSAT BAHASA

(Disalin sepenuhnya dari: Sugono, Dendy. 2009. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Mizan)

Kata Pengantar

Sejalan dengan perkembangan yang terjdai dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan kosakata bahasa Indonesia menunjukkan kemajiuan yang signifkan. Perkembangan kosakata itu tampak pada pertambahan kosakata yang terekam pada terbitan kamus bahasa Indonesia. Dalama Kamus Umum Bahasa Indonesia yang terbit pada 1953 terdapat 23.000 lema. Kamus itu diolah kembali oleh Pusat Bahasa dan diterbitkan pada 1976 dengan tambahan 1.000 lema. Itu berarti, dalam waktu 23 tahun, seolah-olah perkembangan  kosakata bahasa Indonesisa hanya mencarapi 1.000 kata. Sementara itu, pada 1988 diterbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi pertama yang memuat 62.000 lema. Kamus itu memperlihatkan bahwa dalam waktu 12 tahun tlelah terjadi perkembangan 38000 kata dalam bahasa Indonesia. Dalam terbitaan edisi kedua pada 1990, kamus itu telah menambah muatan lema menjadi 72.000 lema, dan pada edisi ketiga tercatat  78.000 lema, sedangkan pada edisi keempat, kamus itu telah mengembangkan jumlah lema menjadi lebih dari 90.000 lema.

Selain terlihat pada perkembangan kata, perkembangan istilah turu memacau perkmbangan kosakata bahasa Indonesia. Melalui kerja sama degnan pakar bidang ilmu sekitar 30 tahun, kini Pusat Bahasa telah menghasikan 405.000 istilah berbagai bidang ilmu. Kalau kosa kata umum termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah bidang ilmu dipublikasikan dalam bentuk Glosarium Istilah Asing-Indonesia. Sekalipun masih ada sejumlah istilah yang belum termuat dalam glosariau dan kata yang belaum ada dalam kamus, jumlah kata dan istilah tersebut memperlhatkan betapa pesat perkembangan kata dan istilah bahsa Indonesia dalam dua dasawarsa terkhir.

Perkembangan kata dan istilah tersebut diikuti dengan perkembngan sinonim, hiponim, dan antonim. Kalau kamus menyajikan kata dan penjelasan makna serta contoh penggunananya, glosarium memuat daftar isitlah asing-Indoneisa, tesaurus menyediakan kata dan sinonim serta antnimya untuk membantu para pengguna bahsa dalam menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan ide, gagasan,pengalaman, perasaan, dan sebagainya dengan bahsa Indonesia yang tepat.  Melalui penelitan semantik bertahun-tahun, akhrnya Pusat Bahasa mengeluarkan tesauru Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa yang memuat sekitar 28.000 lema. Bku rujukan yang telah disipakn lebih dari sepuluh tahun ini akhirnya pada 2009 ini hadir di tengah=tengah masyarakat sebagai upaya Pusat Bahasa dalam memberikanlayanan kepada masyaakat untuk memperkaya buku rujukan dalam rangka pencerdasan anak bangsa.

Atas penerbitan Tesaurus ini, saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para penyusun; demikain juga kepada pihak lain yang tak mungkin saya sebutkan satuper satu di sini.

Semoga Tesaururs ini memberi manfaat kepada para pelajar dan mahsiswa serta kalangan ilmuwan, sastrwan, budayawan, wartawan, penulis, penerjemah, dan kalangan praktisi lain.


Jakarta, 28 Februari 2009
Dr. Dendy Sugono

Kepala Pusat Bahasa.